Sunday, August 22, 2010

SAHABATKU..., DUTA BESAR VICTORIA

Oleh: Andry X-san


Tepat tanggal 8 Agustus 2010, Kedidi leher merah (Cilidris ruficollis) teramati di Pulau Serangan.

Eeeiiiittss…., tunggu dulu, pada mulanya saya berfikir ini hanya lah kedidi leher merah biasa yang sama dengan jenis kedidi pada pengamatan sebelumnya. Maklum.., di Pulau Serangan ini Kedidi leher merah memang sangat mudah kita jumpai. Tapi setelah beberapa kali membidiknya lewat binokuler, saya menjadi sangat tertarik. Pelan-pelan saya ambil kamera, sambil setengah ngesot saya maju lalu.. jprat..jpret…, maju sambil ngesot lagi..., jprat..jpret!!! hehehehee…, maklum kamera saya cuma sebatas kamera semipro yang hanya punya 24 kali optical zoom so…, musti harus lebih berkerja ektra keras untuk mendapatkan gambar yang bagus. Dan akhirnya setelah hampir 300 meter dari tempat saya start ngesot tadi, saya berhenti. Sambil setengah terengah-engah…, saya mulai mengidentifikasi foto-foto yang telah saya dapatkan. Ternyata benar dugaan saya, kali ini Kedidi-nya laen dari pada yang laen (alias special).


…………. Ada yang beda di kakinya …………


Lebih tepatnya di bagian tarsus atas, kaki sebelah kanan melingkar satu bendera berwarna Orange. Menurut daftar acuan lokasi penggunaan warna bendera untuk Jalur Terbang Asia Timur–Australasia dalam buku Panduan Burung Pantai-nya Howes dkk., burung pemilik bendera orange ini berasal dari Victoria, salah satu Negara bagian di benua Australia.

“Wow….!!! Ga’ nyangka, hari ini saya telah berjumpa dengan “Duta Besar” sahabat kita dari Negara Australia

Ini benar-benar pengalaman pertama se-umur hidup saya menjumpai burung pantai yang ber-flag. Bayangkan saja.., dari puluhan kedidi leher merah yang bercampur dengan koloni cerek jawa (Charadrius alexandrinus), koloni biru laut ekor blorok (Limosa lapponica) dan koloni trinil sp. hanya terdapat satu ekor kedidi leher merah yang kakinya ber-flag. Mahkluk yang berasal dari belahan benua lain (yang tanahnya pun belum sempat saya pijak), mahkluk yang telah menempuh ribuan kilo meter (dan entah puluhan barier apa lagi yang dia lewati hingga sampai di daratan ini), kini bertemu dengan saya di sini. Lewat optic binokuler ini, lewat megapixel foto yang tertangkap kamera saya, saat ini kami saling bertatapan. Sungguh Allah maha Kuasa atas segala yang Dia kehendaki…, kun faya kun..!!!

Dan selanjutnya pasti bisa ditebak…., dari satu skema keterkejutan dan rasa syukur yang tak berperi, saya kini beranjak ke fase selanjutnya: Bertanya. Kenapa kedidi dari Victoria ini bisa sampai nyasar ke Pulau Serangan? Kalo’ pun burung ini burung migran lalu kemana kah teman-temannya yang laen? Apakah ini berkaitan dengan fenomena anomali cuaca yang terjadi di Australia? Coz by de way…, gara-gara anomali cuaca tersebut, sepanjang tahun 2010 Australia telah diterjang rentetan badai yang sepertinya tak kunjung reda. Mulai dari badai Monsun Australi (Jan’10), badai Zheng Jie (Akhir Jan-Feb’10), badai Ului (Maret’10) dan yang terakhir adalah badai Agatha (pertengahan Maret-April’10). Apakah faktor tersebut ikut memicu terjadinya pergeseran waktu migrasi burung-burung pantai?

Huuuff…, entah lah kawan…., rasanya tak mampu akal ini menerjemahkan semua takdir dan kehendak Illahi yang saya temui hari ini. Memasrahkan sepenuhnya kepada kearifanNya, mungkin adalah jalan yang terbaik. Karena sesungguhya, dalam kosmologi hidup ini ada yang namanya gelombang, vibrasi, getaran, atau resonansi kalam Illahi yang disana bersemayam tanda-tanda kebesaranNya.

Hu Allah hu a’lam, hanya Allah-lah yang mengetahui pasti apa yang sebenarnya terjadi.


…………. And last but not least …………

Ijinkan saya mencamtumkan sebait tanda terima kasih saya untuk Zat yang kekal, yang memiliki kuasa Mutlak atas saya karena tanpa ijin Kasyiful hijab -Nya, hari ini rasanya saya tidak akan mungkin berjumpa dengan “Sahabat dari Victoria” ini.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Berulang kali ku kunjungi tempat ini, namun bersamanya pula menjadi berubah cara berjalanku serta menjelma baru mata-pandangku.

Kuajukan kepada-Mu ribuan pertanyaan seperti Ibrahim menggalah jutaan bintang. (betapa bodohnya hamba ini)

Ilahi robbi…, akulah yang fakir dalam kekayaanku, bagaimana mungkin aku tidak menjadi fakir dalam kefakiranku.

Ya Rahman, Ya Rahim…, akulah yang bodoh dalam ilmuku, bagaimana mungkin aku tidak menjadi orang yang bodoh dalam kebodohanku.

Ya Malik, Ya Quddus, Ya Salam…, akulah yang kecil, yang engkau didik. akulah yang bodoh, yang engkau ajari.

Ya 'Azis, Ya Jabbar, Ya Mutakabbir…, bahkan berjuta samudera ilmu-Mu hanya mampu aku ambil setetes, itu pun belum cukup jernih aku menatapi dan menghirupnya.

Dan kini dengan ijin-Mu perkenankan hamba meminjam secuil rahasia tanda–tanda kebesaran-Mu.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




"Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu." (Q.S. Al-Mulk: 19).






No comments:

Post a Comment