Tuesday, December 1, 2009

BALI BIRDWATCHING RACE (BBR) 2009

BALI BIRDWATCHING RACE (BBR), 20-22 NOVEMBER 2009

DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT

“CERMIN LEMAHNYA RE-GENERASI PENGAMAT BURUNG”


Oleh: Robithotul Huda


HIMABIO (Himpunan Mahasiswa Biologi) Universitas Udayana (UNUD) bekerjasama dengan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) mengadakan pelombaan pengamatan burung di alam (Birdwatching Race) di TNBB tanggal 20 - 22 November 2009. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan yang diadakan oleh Himabio UNUD.

Dalam kegiatan tersebut ada 20 kelompok yang berpartisipasi dalam perlombaan. Peserta berasal dari dalam dan luar Pulau Bali. Peserta dari luar Bali antara lain berasal dari ; Yokyakarta, Surabaya, Situbondo dan Nusa Tenggara Barat.

Perlombaan dimulai pada tanggal 20 November 2009 pkl. 14.30 wita, yaitu pengamatan burung di sekitar kawasan Cekik-TNBB dan pada tanggal 21 November 2009, pengamatan di Tegal Bunder – TNBB dari pkl. 07.00 wita – pkl. 18.00 wita. Malam harinya, pkl.19.30-22.00 wita diadakan sesi kuis; Tanya jawab tentang burung sekaligus menutup perlombaan. Tanggal 22 November 2009 pkl. 07.00 - 10.00 wita adalah acara kunjungan ke penangkaran Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di Tegal Bunder - TNBB. Kemudian pkl. 12.00 wita adalah acara pengumuman pemenang perlombaan sekaligus menutup seluruh rangkaian kegiatan BBR 2009.

Dalam perlombaan ini, ada 4 piala yang disediakan oleh panitia. Yaitu: juara berpotensi, juara 1, 2 dan 3.

Juara berpotensi di berikan kepada kelompok dari SMA 1 Negara-Bali, Juara 3 didapat kelompok Bionik dari UNY (Universitas Negri Yogyakarta), Juara 2 didapat kelompok Kokokan –Bali dan juara pertama dipegang oleh kelompok dari Taman Nasional Baluran Banyuwangi.


Lemahnya Re-Generasi Pengamat Burung

Dari hasil perlombaan, para juara utama (1,2,3) dipegang oleh kelompok-kelompok yang punya track record sudah banyak atau sudah melanglang buana di dunia “perburungan”. Begitu juga peserta secara keseluruhan didominasi kelompok-kelompok lama dan individu-individunya juga sudah tidak asing di dunia “perburungan”. Sedangkan kelompok-kelompok baru (individu baru) hanya sedikit sekali. Hal ini menjadi sebuah pertanyan besar, bagaimanakah re-generasi yang dilakukan oleh generasi tua / lama ? apakah ini pertanda akan habisnya para pendekar “perburungan”? dan diiringi kepunahan burung-burung yang ada di alam karena tidak adanya pencari data yang handal?. Sedangkan habitatnya juga semakin tergerus oleh kepentingan-kepentingan manusia.

Secara substantive kegiatan perlombaan seperti ini bertujuan untuk merangsang generasi muda dalam mencintai burung di alam dengan mengamatinya, menghitung spesies serta pengetahuan tentang berbagai hal yang terkait. Dan sebagai rangsangannya adalah dengan memberikan penghargaan kepada pemenangnya. Dan ini merupakan hal yang sangat positif dibandingkan dengan orang-orang yang katanya pecinta burung mengadakan perlombaan kicauan burung. Jadi kegiatan ini perlu diadakan secara terus menerus dan generasi muda perlu aktif dan mendominasi kegiatan-kegiatan seperti ini. Untuk itu sangat tidak mungkin jika generasi muda tiba-tiba sadar dan senang dengan kegiatan ini tanpa adanya dorongan dari generasi lama. Jadi generasi lama juga harus aktif dalam mensosialisasikan program-program cinta burung di alam. Salah satunya dengan pengamatan burung di alam. Semakin banyak orang yang melakukan kegiatan seperti ini kemungkinan, akan banyak pula orang yang sadar akan nilai-nilai konservasi. Baik terhadap habitat maupun burung itu sendiri.

Semoga dalam periode mendatang generasi muda dapat mendominasi kegiatan-kegiatan seperti ini dan semakin banyak pula kegiatan-kegiatan perlombaan pengamatan burung di alam. Salut untuk kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi Univ. Udayana dan Taman Nasional Bali Barat yang telah mengadakan kegiatan lomba pengamatan burung ini, ditunggu kegiatan selanjutnya......


Juara 1, PEH Taman Nasional Baluran, Banyuwangi















Juara 2, kelompok pengamat burung Kokokan, Bali



















Juara 3, kelompok Bionik Universitas Negeri Yogyakarta















Juara Berpotensi, kelompok pengamat burung SMA 1 Negara, Bali

Monday, November 9, 2009

“Migrasi Paksa” sang burung Pemangsa

oleh: robithotul huda


Saat para birdwatcher (pengamat burung liar di alam) Bali menunggu untuk pengamatan migrasi raptor tahunan pada bulan September-Desember 2009, terdengar informasi dari salah satu teman di Bogor, bahwa akan ada “migrasi” perpindahan tempat raptor dan beberapa satwa lainnya yang akan segera lewat. Namun kali ini migrasinya berbeda. Raptor-raptor ini tidak bermigrasi sendiri, tidak terbang menggunakan sayapnya, mengarungi lautan lepas, melewati pinggiran pegunungan dan perbukitan. Namun mereka “bermigrasi“dari habitat aslinya menggunakan jasa angkut manusia “kurir”. Raptor–raptor ini dimasukkan kedalam kardus kecil yang telah diberi lubang sirkulasi udara agar tetap bertahan hidup.

Kontan teman-teman tersentak dan segera menyusun strategi agar tidak kehilangan moment tersebut. Kemudian teman-teman segera menghubungi pihak yang berwenang yaitu Balai Konservasi Sumberdaya Alam Bali, agar segera melakukan investigasi dan menangkap para penyelenggara jasa pengantar satwa-satwa tersebut.

Menurut pengakuan kurir-kurir, satwa-satwa diambil dan dibawa dari daerah Jawa Timur (Lumajang dan sekitarnya) dan kemudian menyebrang selat Bali menggunakan jasa angkut fery. Dan dari pelabuhan Gilimanuk ke terminal Ubung menggunakan bus. Dari terminal Ubung ke rumah yang dijadikan kos sementara di jl Pulau Adi (Denpasar) menggunakan angkot (angkutan kota).



Satwa-satwa ini merupakan pesanan dari seorang warga Negara Jepang yang rencananya akan dikirim ke Jepang melalui bandara Ngurah Rai, Bali pada hari Jum’at, tanggal 2 Oktober 2009 menggunakan pesawat dengan keberangkatan malam hari. Namun sebelum keberangkatan, yaitu pada pagi hari, para kurir telah ditangkap oleh Polisi Khusus Kehutanan (SPORC) beserta barang bukti (satwa-satwa, dan beberapa paralon yang telah dilubangi sampingnya untuk packing satwa). Kemudian pada malam harinya, dilakukan pengembangan, dengan memanfaatkan kurir dan barang buktinya ke bandara Ngurah Rai untuk menjebak orang Jepang yang telah memesan satwa-satwa tersebut. Dan sekitar pkl. 23.00 wita, orang Jepang tersebut akhirnya tertangkap dan diamankan ke kantor Balai Konservasi Sumberdaya Alam Bali.

Kemudian satwa-satwa tersebut dibawa ke Pusat Penyelamatan Satwa Bali yang berada di kota Tabanan. Satwa-satwa tersebut adalah:

1. 1 ekor berang-berang pantai ( Lutra-lutra)

2. 1 ekor burung hantu beluk jampuk (Bubo sumatranus)

3. 2 ekor burung hantu seloputo (Srtix seloputo)

4. 1 ekor elang jawa (Spizaetus bartelsi)

5. 3 ekor elang brontok anakan (Spizaetus cirrhatus)

6. 3 ekor alap-alap sapi anakan (Falco moluccensis)

7. 3 ekor anakan elang yang belum teridentifikasi

Sebagian besar satwa-satwa tersebut saat di bawa ke Pusat Penyelematan Satwa Bali kondisinya sangat jelek, kritis. Dan bahkan sudah tidak sanggup bergerak. Kemungkinan untuk bertahan hidupnya sangat tipis.

Menurut informasi yang didapat, penyelundupan satwa dengan modus yang sama telah beberapa kali dilakukan dengan tujuan negara yang berbeda-beda. Sangat disayangkan jika penyelundupan satwa ini terus terjadi, populasi satwa (terutama yang dilindungi) di habitat aslinya akan semakin berkurang dan lama kelamaan akan punah. Untuk itu semua lapisan masyarakat harus bahu-membahu menjaga agar tidak melakukan eksploitasi satwa di alam demi menjaga kelestariannya. Dan dinas terkait (BKSDA) serta para penegak hukum harus tegas dalam menindak perbuatan seperti ini agar tidak ada lagi Japanese-Japanese ataupun orang dari negeri lain serta orang Indonesia sendiri yang bertindak seperti ini.


Sunday, September 13, 2009

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG AIR DI KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) NGURAH RAI, BALI

pengantar: oni purwoko basuki


Ini masih berkaitan dengan burung-burung air yang berada dikawasan selatan Kabupaten Badung, Bali. Tentang keanekaragaman jenis dan aktivitas dari burung air yang berada di Taman Hutan Raya Ngurah Rai,mencakup beberapa lokasi penelitian yaitu di pulau Serangan, Pelabuhan Benoa, Mangrove Information Centre, Estuary Dam, Kedonganan, dan BTDC Lagoon Nusa Dua. Skripsi dari Andrian Novel Aribianto, S.Si dalam menyelesaikan studi di jurusan Biologi Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Bali tahun 2004.

INTISARI
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis, kisaran jumlah populasi dan aktivitas burung air. Lokasi penelitian bertempat di kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) Ngurah Rai mulai tanggal 16 Maret sampai dengan 22 Juli 2004. Metode yang digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung air adalah metode jelajah dan untuk mengetahui kisaran jumlah populasi burung air digunakan Metode IPA (Indices Ponctuelles d’ Abundance Counts) (Bibby et al., 1992: Alikodra, 1993). Sedangkan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh burung air digunakan metode Ad Libitum (Altman, 1974).
Dari penelitian ini berhasil diidentifikasi 41 jenis burung air yang termasuk dalam 7 familia. Tujuh belas jenis burung air yang ditemukan merupakan burung air migran sedangkan 22 jenis merupakan burung yang dilindungi di Indonesia. Bahkan jenis burung gajahan timur (Numenius madagascariensis) telah mendapatkan status mendekati terancam punah (Near threatened) dari IUCN (International Union Conservation of Nature and Natural Resources) (Anonim, ?). Aktivitas yang dilakukan oleh burung air selama pengamatan adalah mencari makan (40 %), istirahat (27 %), terbang (18 %) dan bertengger (15 %).

Untuk hasil lengkapnya silahkan diambil disini, bentuk file pdf 19,369 KB saya pecah menjadi 4 bagian kecil (bab I, bab II, bab III, kesimpulan). Terimakasih untuk Andrian Novel atas ijinnya mengupload skripsinya dan berbagi ilmu keteman-teman semua....Thanks bro, moga bermanfaat bagi kita semua

Monday, September 7, 2009

Musim berbiak bagi burung Dara Laut Biasa Sterna hirundo Common Tern

oleh: robithotul huda

Burung lagi, lagi-lagi burung !,..tak pernah bosan kami menulis tentang burung. Masih banyak hal yang menarik dari burung untuk diamati, diteliti dan disajikan di media-media elektronik maupun cetak yang dikemas menjadi menu istimewa. Tetapi bukan dalam menu burung cincang dan goreng yang disajikan direstoran - restoran mewah.
Sebenarnya tulisan ini masih berkaitan dengan tulisan yang pernah di publish diblog ini yang berjudul : burung-burung yang memanfaatkan lahan “konflik “ di pulau Serangan-Bali karena pengamatannya dilakukan pada saat bersamaan yaitu pada bulan Mei - Juni 2009.

Saat pengamatan hari ke-2, kami mencoba masuk kedalam untuk mendekat dengan objek (burung air) yang berada di rataan lumpur (mudflat) yang terbentuk terpisah-pisah seperti pulau-pulau kecil. Dan kami membuat nama-nama pulau tersebut dari koloni yang menghuninya. Ada pulau gajahan karena yang terdapat dipulau ini hampir semuanya gajahan, ada pulau dara laut, pulau cerek dan trinil. Kali ini kami menelusuri pulau dara laut. Dara laut yang mendominasi pulau ini adalah dara laut biasa (Sterna hirundo).

Menurut MacKinon, J; K. Phillips; B. Van Balen. 1998, dalam buku panduan lapangan Burung-burung di Sumatra, Jawa dan Bali, dara laut dideskripsikan sebagai berikut:
Berukuran kecil (35 cm). tengkuk hitam (pada musim dingin), ekor menggarpu kedalam. Dewasa tidak berbiak: sayap atas dan punggung abu-abu, penutup ekor atas, tungging dan ekor putih. Ciri lainnya; didahi putih, mahkota berbintik hitam putih, tengkuk hitam, tubuh bagian bawah putih. Pada masa berbiak topi hitam, dada abu-abu, sewaktu terbang , dewasa tidak berbiak dan remaja: ada garis kehitaman pada sayap depan dan warna kehitaman pada pinggir bulu ekor terluar. Remaja : tubuh bagian atas lebih coklat dan mantel bersisik.
Iris coklat, pangkal paruh hitam (musim dingin) dan merah (musim panas), kaki kemerahan (lebih gelap pada musim dingin)
Suara: keras “kiir-ar” menurun, dengan penekanan pada nada pertama.
Penyebaran gobal : berbiak di Amerika utara, Eropa dan Asia. Pada musim dingin mengembara kedaerah selatan yaitu: Amerika selatan, Afrika, Indonesia dan Australia.
Penyebaran lokal dan status : pada musim dingin bermigrasi tidak teratur di Sunda Besar. Kadang – kadang terlihat dalam kelompok yang sangat besar dengan beberapa burung yang masih dalam bulu tidak berbiak musim panas.
Kebiasaan : mengunjungi perairan pantai dan kadang-kadang perairan daratan. Beristirahat pada tenggeran tinggi seperti panggungan pemancingan dan batu-batu. Penerbang tangguh, mencari makan dengan cara menjatuhkan diri untuk menyelam kedalam laut.

Burung-burung dara laut tersebut bergerombol banyak sekali, kurang lebih 150 an ekor pada satu kelompok. Ada yang terbang mengitari lokasi dan ada yang tetap berdiam di lumpur yang bercampur pasir seperti mengerami telur. Kami penasaran, akhirnya mendekat lagi, dengan perlahan kami berjalan agar tak mengganggunya, namun tetap saja si dara terganggu dan terbang semua, namun tidak menjauh, hanya berputar-putar diatas kepala kami. Tiba-tiba salah satu anggota team berteriak, “ada sarang “dan disusul anggota lain. Ternyata disini banyak sekali sarang dara laut biasa dan bahkan terdapat telur-telurnya, ada juga anakan yang langsung lari saat kami mendekat. Warna telur dan anak si dara laut ini yang hampir menyerupai pasir pantai (mungkin untuk perlindungan/kamuflase) membuat kami harus hati-hati saat berjalan, agar tidak menginjaknya. Pantas si dara tidak mau meninggalkan lokasi ini dan hanya terbang disekeliling kami sambil bersuara keras seakan mau mengusir kami, ternyata dia sedang berkembang biak.
Kami tidak mau berlama-lama di lokasi ini, takut menggangu si dara yang sedang mengerami telur-telurnya dan anaknya. Maka kami segera menjauh dan melihatnya dari kejauhan saja menggunakan monokuler dan binokuler.

Menurut Howes, et.al, 2003 dalam Novel tahun 2004 (Keanekaragaman Jenis Burung Air di Kawasan TAHURA Ngurah Rai- Bali) disebutkan pada pertengahan Mei-akhir Juli merupakan musim berbiak bagi burung air migrasi.
Pengamatan hari berikutnya, kami masih tetap mengunjungi pulau dara laut, untuk melihat apakah telur-telur yang kami temukan kemarin sudah menetas. Ternyata telur-telur tersebut ada yang menetas dan ada yang belum menetas (tidak tahu umur telur-telur tesebut). Namun juga telur-telur yang baru (pada sarang-sarang yang lain). Kali ini kami hanya sebentar saja kelokasi, karena kami menjaga agar si dara tidak terganggu oleh kehadiran kami dan kemudian meninggalkan sarang dan telurnya. Kami melihat dari kejauhan saja.
Perasaan senang, cerahkan wajah dan pandangan kami. Senang karena kami belum pernah mendapati moment yang seperti ini dan juga senang karena si Dara telah berbiak, beregenerasi dan menjauhkanyya dari kata “punah” untuk menjalankan fungsinya sebagai bagian dari ekosistem.

Namun kami juga sedih ketika melihat banyak jerat/ jebakan untuk menangkap burung-burung air yang dilakukan oleh orang-orang iseng dilokasi ini, meski sudah ada papan yang berisi larangan merusak kawasan ini. Untuk itu diperlukan pangawasan terhadap kawasan ini dengan cara mengontrol para pengunjung (rata-rata pemancing) serta perlu tambahan papan-papan sosialisasi konservasi agar tercipta kawasan yang lestari.








Thursday, August 20, 2009

Galeri Foto: Pengamatan burung di Pulau Serangan, Bali

oleh: oni purwoko basuki


Ini beberapa gambar dari pengamatan burung di pulau Serangan, Bali bulan Mei 2009...
hasil jepretan dari mas Gembel, yang juga seorang tukang foto dan mbaurekso di Gembel's Journey (http://stillphotographer.blogspot.com/), suwun mas....
Untuk jumlah total jenis burung yang tercatat selama pengamatan, silahkan lihat di "Burung-burung yang memanfaatkan lahan konflik di Pulau Serangan, Bali"














Friday, August 14, 2009

Burung-burung yang memanfaatkan “lahan konflik” di Pulau Serangan, Bali

oleh: robithotul huda

Pulau Serangan merupakan pulau kecil yang dipisahkan oleh selat kecil di Pulau Bali. Namun sejak beberapa tahun lalu pulau ini dihubungkan oleh jembatan antar pulau. Bahkan bukan hanya jembatan saja, namun pulau serangan juga telah di perluas menjadi tiga kali lipat dari aslinya. Yang semula sekitar 112 hektar menjadi 481 hektar.

Secara administratif, pulau berpenduduk sekitar 3.821 jiwa (732 keluarga) ini terletak di Kecamatan Denpasar Selatan, Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali. Desa Serangan terdiri dari enam banjar dan satu kampung, yaitu Banjar Ponjok, Kaja, Tengah, Kawan, Peken, Dukuh, dan Kampung Bugis meski berada di Pulau Bali, Pulau serangan tidak hanya di huni oleh pemeluk agama Hindu, namun ada juga yang beragama Islam dan kebanyakan orang Bugis yang telah menetap di Pulau Bali sejak abad ke-17an.

Masyarakat pulau ini hampir 85 % awalnya bekerja sebagai petani dan nelayan. Namun setelah adanya reklamasi sekitar tahun 90-an oleh PT BTID (Bali Turtle Island Developmend), kini masyarakatnya lebih banyak bergantung pada industri pariwisata yang telah merata di Bali.

Pembangunan oleh PT BTID di pulau Serangan sebenarnya menjadi polemik (konflik) di masyarakat. Banyak kalangan yang tidak setuju dengan adanya mega proyek tersebut meskipun PT BTID telah mengantongi ijin AMDAL dari pemerintah, dengan berbagai pertimbangan antaralain; perusakan lingkungan, dampak social budaya dan ekonomi namun ada juga yang menyetujinya hingga akhirnya mega proyek ini berjalan dari tahun 90-an namun terhenti akibat adanya krisis moneter sekitar tahun 1998. meski berbagi upaya telah dilakukan namun proyek ini tetap tidak berjalan dan hingga kini “lahan konflik” ini kosong.

Keanekaraagaman jenis burung yang ditemukan di Pulau Serangan

Kawasan hutan mangrove yang merupakan bagian dari proyek PT BTID yang terbengkelai di Pulau Serangan menjadi nilai tersendiri bagi teman-teman pecinta pengamatan burung di alam. Hal ini dikarenakan lokasi tersebut di huni oleh berbagai jenis burung, baik burung air maupun darat. Disana juga sering diadakan lomba pengamatan burung oleh perguruan tinggi Negri di Bali.

Beberapa kali aku dan kawan-kawan melakukan pengamatan disana. Rasanya tak pernah bosan-bosan untuk kembali lagi. Meskipun panas mentari dan kencangnya angin pantai membuat kering kulit kami. Adapun jenis burung yang ditemukan dan teridentifikasi dari tanggal 25 Mei hingga 7 Juni 2009 (4 kali pengamatan) sebanyak 107 jenis, dan paling banyak merupakan keluarga burung air, kurang lebih 66 jenis burung perancah dari suku Charadriidae (Trulek dan Cerek), suku Scolopacidae (Trinil-trinilan) dan suku Ardeidae (Cangak). Catatan data burung ini belum semuanya karena dari beberapa catatan terdahulu kami belum berhasil menemukannya lagi dalam 4 kali pengamatan terakhir ini.....


Catatan hasil pengamatan (daftar jenis) burung di Pulau Serangan secara lengkap adalah:

  1. Tekukur Streptopelia chinensis Spotted-Dove
  2. Merbah Cerucuk Pygnonotus goiavier Yellow-vented Bulbul
  3. Cucak kutilang Pygnonotus aurigaster Sooty-headed Bulbul
  4. Bentet kelabu Lanius schach Long-tailed Shrike
  5. Punai gading Treron vernans Pink-necked Green Pigeon
  6. Uncal kouran Macropygia ruficeps Little Cuckoo-Dove
  7. Dederuk jawa Streptopelia bitorquata Island Collared-Dove
  8. Srigunting kelabu Dicrurus leucophaeus Ashy Drongo
  9. Srigunting hitam Dicrurus macrocercus Black Drongo
  10. Kipasan belang Rhipidura javanica Pied Fantail
  11. Sikatan belang Ficedula westermanni Little Pied Flycatcher
  12. Kerak kerbau Acsridotheres javanicus Javan Myna
  13. Jinjing batu Hemipus hirundinaceus Black-winged Flycactcher-shrike
  14. Kicuit kerbau Motacilla flava Yellow Wagtail
  15. Gelatik-batu kelabu Parus major Great Tit
  16. Manyar jambul Ploceus manyar Streaked Weaver
  17. Bondol jawa Lonchura leucogastroides Javan Munia
  18. Bondol haji Lonchura maja White-headed Munia
  19. Bondol peking Lonchura punctulata Scaly-breasted Munia
  20. Gereja erasia Passer montanus Eurasian tree sparrow
  21. Prenjak jawa Prinia familiaris Bar-winged Prinia
  22. Cinenen jawa Orthotomus sepium Ashy Tailorbird
  23. Cici padi Cisticola juncidis Zitting Cisticola
  24. Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Oriental White-eye
  25. Cabai jawa Dicaeum trochileum Scarlet-headed Flowerpecker
  26. Burung madu sriganti Nectarinia jugularis Olive-backed Sunbird
  27. Remetuk laut Gerygena sulphurea Golden-bellied Gerygone
  28. Cipoh kacat Aegithia tiphia Common Lora
  29. Cikrak daun Phylloscopus trivirgatus Mountain leaf-warbler
  30. Sepah hutan Pericrocotus flammeus Scarlet Miniver
  31. Gemak tegalan Turnix sylvatica Small Buttonquail
  32. Gemak loreng Turnix suscitator Barred Buntonquail
  33. Wiwik lurik Cacomantis sonneratii Banded Bay Cuckoo
  34. Gagak hutan Corvus enca Slender-billed crow
  35. Layang-layang api Hirundo rustica Barn Swallow
  36. Layang-layang batu Hirundo tahitica Passific Swallow
  37. Walet sarang hitam Collocalia maxima Black-nest Swiftlet
  38. Kapinis laut Apus pacificus Fork-tailed swift
  39. Kapinis rumah Apus affinis Little Swift
  40. Walet linchi Collocalia esculanta linchi Cave-swiftlet
  41. Kirik-kirik australia Merops ornatus Rainbow Bee-eater
  42. Kareo padi Amaurornis phoenicurus White-breasted Waterhen
  43. Tikusan merah Porzana fusca Ruddy-brested Crake
  44. Raja udang biru Alcedo coerulescens Blue kingfisher
  45. Cekakak sungai Todhiramphus chloris Collared kingfisher
  46. Itik benjut Anas gibberifrons Sunda Teal
  47. Pecuk padi belang Phalacrocorax melanoleucos Little pied cormorant
  48. Pecuk padi hitam Phalacrocorax sulcirostris Little Black Cormorant
  49. Blekok sawah Ardeola speciosa Javan Pond-heron
  50. Kowak malam kelabu Nycticorax nycticorax Black –crowned Night-heron
  51. Kowak malam merah Nycticorax caledonicus Rufous Night-heron
  52. Kuntul karang Egretta sacra Pacific Reef-egret
  53. Kuntul kecil Egretta garzetta Little Egret
  54. Kuntul besar Egretta alba Great Egret
  55. Kuntul perak Egretta intermedia Intermediate Egret
  56. Kuntul cina Egretta eulophotes Chinese Egret
  57. Kuntul kerbau Bulbulus ibis Cattle Egret
  58. Cangak abu Ardea cinerea Grey Heron
  59. Cangak merah Asdea purpurea Purple Heron
  60. Trinil pantai Tringa hypoleucos Common Sandpiper
  61. Trinil semak Tringa glareola Wood Sandpiper
  62. Trinil hijau Tringa ochropus Green Sandpiper
  63. Trinil kaki merah Tringa totanus Common Redshank
  64. Trinil kaki hijau Tringa nebularia Common greenshank
  65. Trinil bedaran Tringa cinereus Terek Sandpiper
  66. Trinil lumpur asia Limnodromus semipalmatus Asian Dowitcher
  67. Trinil rawa Tringa stagnatilis Marsh Sandpiper
  68. Trinil ekor kelabu Tringa brevipes Grey-tailed Tattler
  69. Trinil pembalik batu Arenaria interpres Ruddy Turnstone
  70. Trinil rumbai Philomachus pugnax Ruff
  71. Wili-wili besar Burhinus giganteus Thick-knee, Beach
  72. Kokokan laut Butorides striatus Striated Heron
  73. Cerek besar Pluvialis squatarola Grey Plover
  74. Cerek kalung kecil Charadrius dubius Little Ringed Plover
  75. Cerek melayu Charadrius peronii Malaysian Plover
  76. Cerek paruh panjang Charadrius placidus Long-billed Plover
  77. Cerek pasir besar Cheredrius leschenaultii Greater Sand-plover
  78. Cerek asia Charadius veredus Asian Plover
  79. Cerek pasir mongolia Charadrius mongolus Mongolian Plover
  80. Cerek Cerek topi merah Charadrius ruficapillus Red-capped Plover
  81. Cerek jawa Charadrius javanicus Javan Plover
  82. Cerek tilil Charadrius ruficapillus Kentish Plover
  83. Cerek krenyut Pluvialis fulva Pacific Golden-plover
  84. Berkik rawa Gallinago megala Swinhoe’s Snipe
  85. Gagang bayam timur Himantopus leucochepalus White-headed Stilt
  86. Camar kepala hitam Larus ridibundus Common Black-headed Gull
  87. Dara laut biasa Sterna hirundo Common Tern
  88. Dara laut Tiram Sterna nilocita Gull-billed Tern
  89. Dara laut Jambon Sterna dougallii Roseate Tern
  90. Dara laut kecil Sterna albifrons Little Tern
  91. Dara laut putih Gygis alba Common White Tern
  92. Dara laut jambul Sterna bergii Great crested-Tern
  93. Dara laut benggala Sterna bengalensis Lesser Crested-Tern
  94. Dara laut kumis Chlidonias hybridus Whiskered Tern
  95. Gajahan Besar Numenius arquata Eurasian Curlew
  96. Gajahan penggala Numenius phoeapus Whimbrel
  97. Gajahan Timur Numenius madagascariensis Far-eastern Curlew
  98. Gajahan kecil Numenius minutus Little Curlew
  99. Biru laut ekor Blorok Limosa lappanica Bar-Tailet Godwit
  100. Biru laut ekor hitam Limosa limosa Black-tailed Godwit
  101. Kedidi merah Calidris canutus Red Knot
  102. Kedidi besar Calidris tenuirostris Great Knot
  103. Kedidi leher merah Calidris ruficollis Rufous-necked Stint
  104. Kedidi golgol Calidris ferruginea Curlew Sanpiper
  105. Kedidi putih Calidris alba Sanderling
  106. Kedidi jari-panjang Calidris subminuta Long-toed Stint
  107. Kedidi ekor-tajam Calidris acuminata Sharp-tailed Sandpiper

(kompilasi data oleh: hari agus, m hambali, moch saifudin, robithotul huda)


Tuesday, August 4, 2009

KEANEKARAGAMAN BURUNGDI HUTAN LINDUNG TAMAN HUTAN RAYA RADEN SOERYO, PROPINSI JAWA TIMUR

oleh: oni purwoko basuki

Ini adalah skripsi saya tahun 2003 kemaren yang data-datanya diambil tahun 2002 di kawasan hutan lindung Tahura R Soeryo, Jawa Timur. Mungkin ini sudah terlalu lama dan datanya mungkin sudah banyak berubah dan tidak sesuai lagi dengan kondisi sekarang ini. Namun bisalah untuk dipakai bahan bacaan, daripada tidak bermanfaat dan hilang begitu saja.
Terima kasih untuk kawan-kawan lain yang mengijinkan kami untuk meng upload hasil skripsi, penelitian maupun coretan-coretan lainnya di blog ini, nanti secara bertahap akan saya upload satu persatu, Thanks bro..................smoga bermanfaat bagi kita semua.

INTISARI

Telah dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman jenis burung di kawasan hutan lindung Taman Hutan Raya Raden Soeryo pada tanggal 20 Juli 2002 sampai dengan tanggal 31 Agustus 2002. Untuk memperoleh data keanekaragaman jenis burung digunakan metode penjelajahan dikombinasikan dengan metode kurva keanekaragaman jenis dari MacKinnon (1998).

Terdapat 50 jenis termasuk dalam 22 suku burung diketemukan di hutan lindung Taman Hutan Raya Raden Soeryo. Jenis burung yang banyak diketemukan adalah tipe burung pemakan serangga seperti burung Sikatan dan Mungguk Loreng. Diketemukan lima jenis burung yang merupakan endemik Jawa dan 14 jenis dilindungi oleh Peraturan Pemerintah no 7 tahun 1999.

Jenis tumbuhan yang ada merupakan campuran (heterogen) kecuali di Gunung Anjasmoro dan Gunung Biru. Jenis pohon yang banyak terdapat adalah Pasang (Quercus sundaica Bl.), Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana Miq.), Sembung (Vernonia arborea Ham.), Tutup (Macaranga tanarius Muell.Arg.), Nangkan (Horsfieldia glabra Warr.), Anggrung (Trema orientale Bl.), Jambulir (Eugenia densiflora Duthie.) dan Jaranan (Crataeva nurvala Ham.). Interaksi antara burung dengan vegetasi yang ada adalah penyedia sumber makanan baik itu berupa buah maupun biji-bijian, tenggeran maupun pohon tempat tidur. Kondisi hutan di daerah hutan lindung sudah mulai mendapat ancaman yang serius, terutama akibat dari konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian dan industri di sekitar Gunung Anjasmoro, pengambilan hasil hutan berupa kayu, rotan maupun perburuan satwa di daerah Lemah Bang oleh masyarakat sekitar.

(Untuk selengkapnya silahkan download disini)

Penelitian di Tahura R Soeryo, Jawa Timur ini berjalan bersamaan dengan explorasi pertama oleh Pro Fauna dan Pusat Penyelamatan Satwa Petungsewu, Malang yang sedang mencari lokasi untuk pelepasliaran untuk beberapa jenis satwa yang direhabilitasi disana.
Diawali dengan proses pembentukan tim explorasi dan pelatihan bertahap selama beberapa minggu yang dilakukan baik didalam ruangan maupun langsung praktek dilapangan. Pelatihan dalam ruangan mencakup materi-materi tentang penelitian dan data-data apa saja yang nantinya akan diambil dilakukan di PPS Petungsewu, sedangkan praktek lapangan dilakukan di kawasan Cangar, Batu Malang dengan pendampingan langsung oleh Iwan Kurniawan dan Asep R Purnama dari pps dan mbah Djumadi "Gareng" masyarakat lokal yang paham akan wilayah disekitar tahura. Materi lapangan berupa praktek membaca peta kompas, analisa vegetasi, pengenalan terhadap jenis satwa dan tumbuhan serta survival.



Kawan-kawan yang berada dalam satu tim eksplorasi adalah:
Sri Nugroho "Jawir", Yuni Haryati, Aris Hidayat, Eva Nurma, Henny Lita, Agung Nugroho, Tri Anton Wijanarko, pak Syamsul "Bogang" dan Triyatno.