Monday, July 6, 2009

“Merambah” Kawasan Hutan di sekitar danau Batur, Kintamani – Bangli

oleh: robithotul huda

Bulan Juni 2007 PPS Bali mengada
kan program realease dua ekor elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster) di kecamatan Kintamani, tepatnya di desa Buahan. Desa Buahan berada di bibir sebelah selatan danau Batur dan merupakan salah satu desa dari 7 desa yang terletak di sekitar danau Batur. Ke enam desa lainnya adalah desa Kedisan, desa Songan A, desa Songan B, desa Abang, desa Abang Batudinding dan desa Trunyan. Desa-desa disekitar danau Batur, dikelilingi oleh perbukitan yang berderet membentuk lingkaran kawah dengan puncak tertinggi gunung Abang dan gunung Batur. Menurut para ilmuwan, danau Batur dulunya kemungkinan adalah kawah (caldera) yang kemudian tidak aktif lagi.

Realease atau pelepasliaran s
atwa di desa Buahan merupakan yang kesekian kali dilakukan oleh PPS Bali yang bekerjasama dengan BKSDA, koran Bali Post dan desa Buahan. Sebelumnya PPS Bali telah melakuakn pelepasliaran di danau Buyan – Tamblingan, Buleleng dan gunung Batukaru di Tabanan. Sebelum pelepasliaran dilakukan, perlu dilakukan survey habitat dan potensi pakan yang ada untuk memastikan bahwa setelah dilepasliarkan, satwa yang dilepas akan mampu bertahan hidup di habitat barunya.

Survey dilakukan bersama dengan masyarakat lokal desa Buahan. Hal ini dilakukan karena masyarakat lokal telah menguasai medan serta mengenal nama-nama lokal baik tumbuhan maupun binatang yang berada disekitar kawasan
Taman Wisata Alam (TWA) Penelokan yang akan dijadikan lokasi pelepasliaran dan akan menjadi habitat baru satwa yang akan dilepasliarkan. Dengan demikian data akan lebih mudah didapat meskipun masih menggunakan nama lokal. Metode yang digunakan dalam survey adalah rappid assessment (penilain cepat). Sedangkan lokasi yang disurvey meliputi kawasan taman wisata alam Penelokan sampai ke hutan lindung gunung Abang serta yang tak kalah pentingnya adalah pakan (ikan) yang ada di danau Batur.

Dari hasil survey diketahui jenis tumbuhan yang dominan dikawasan Taman wisata alam Penelokan antara lain adalah jenis Ampupu Eucalyptus urophylla (dominan disekitar jalan “hasil reboisasi setelah terkena dampak letusan gunung Agung”), Sapen Engelherdia spicata, Cemara Gunung Casuarina junghuhniana, Pinus Pinus merkusii dan Puspa Schima noronhae.

Dari pengamatan, satwa dari jenis burung yang ditemukan (64 jenis) antara lain : Kepudang Kuduk Hitam Oriolus chinensis, Cica Kopi Melayu Pomathorinus montanus, Kirik-kirik Senja Merops leschenaulti, Kowak Malam Kelabu Nycticorax nyctic
orax, Kuntul Kerbau Bulbulcus ibis, Blekok Sawah Ardeola speciosa serta Merbah Cerucuk Pygnonotus goiavier yang sangat banyak sekali karena mudah beradaptasi dengan lingkungan hingga mengakibatkan jenis pemakan biji lainnya kalah bersaing dan tersingkir dari wilayah ini. Burung-burung pemangsa atau raptor juga masih banyak terlihat antara lain : elang Ular Bido Spilornis cheela, elang Hitam Ictinaetus malayensis, elang Brontok Spizaetus cirrhatus, elang Laut Perut Putih Haliaeetus leucogaster, elang Alap Cina Accipiter soloensis, elang Alap Nipon Accipiter gularis dan Alap-alap Sapi Falco moluccensis.

Satwa lain yang ditemukan antara lain adalah Monyet Ekor Panjang Macaca fascicularis (banyak sekali kelompok dan sering menggagu tanaman diladang masyarakat atau dianggap hama oleh masyarakat), Lutung Jawa Trachypithecus auratus, Kucing Hutan Fellis bengalensis, serta Landak Hystrix branchyura.
(data lengkap jenis flora dan fauna Kintamani bisa di download disini)

Dari data yang diperoleh
dapat dismpulkan bahwa ekositem yang ada dikawasn ini masih tergolong normal yaitu dengan adanya produsen serta predator. Akan tetapi perambahan hutan secara langsung (pencurian kayu, perburuan burung dan satwa lain) dan tidak langsung (penanaman Rumput Gajah dan Kaliandra) yang dapat mematikan tanaman asli hutan serta penggunaan pestisida yang berlebihan di ladang sekitar kawasan hutan lambat laun akan mengakibatkan penurunan kualitas ekositem yang ada. Untuk itu perlu adanya kesadaran bersama oleh masyarakat serta kontrol oleh pihak yang berwenang terhadap kawasan TWA (BKSDA ) agar kondisi kawasan tetap terjaga kelestariannya.



No comments:

Post a Comment