Sunday, March 27, 2011

MENGAMATI ARUS BALIK RAPTOR MIGRAN DARI MASJID DI UJUNG TIMUR PULAU BALI

oleh: Robithotul Huda

Berkali-kali pak Dono Waluyo (teknisi stasiun transmisi TVRI, gunung Sega-Karangasem) meng-SMS kami. Bahwa sejak bulan Februari telah terlihat ada beberapa jenis burung elang pemangsa "raptor" migran yang lewat. Kebanyakan yang terlihat adalah Sikep-madu Asia atau OHB (Oriental Honey-buzzard). Arahnya dari arah timur (pulau Lombok menuju ke arah barat). Teman-teman pun juga mulai gelisah (maklum semua sibuk kerja). Setiap pak Dono melihat ada raptor yang lewat, beliau langsung meng-SMS semua teman........... (tambah ngiler po nggak kon!!!!!!). Kami kemudian coba untuk janjian mencari waktu untuk bisa pengamatan kesana.
Akhirnya pada hari yang telah disepakati bersama, pak Dono mengundang teman-teman untuk datang pada saat bulan purnama Maret 2011. Lokasinya di daerah Seraya-Karangasem.
Kitapun menyebarkan undangan pengamatan bersama lewat SMS dan FB. Beberapa teman tertarik untuk ikutan, dan ada juga yang tertarik untuk ikut namun tidak punya waktu untuk ikut....next time lah
Pada tanggal 19 Maret 2011, ternyata yang dapat hadir cuma 4 orang (yaitu Mochamad "the babies" Saifudin...si Udhyn yang penyanyi dan PSK "pekerja sablon komersial", Fathurrohman.. yang-PEH BKSDA Bali, Oni Purwoko Basuki dan Robithotul Huda... yang jadi animalkeeper PPS Bali), langsung meluncur ke Karangasem kerumah pak Dono Waluyo.
Pkl. 17.30 wita didepan rumah pak Dono, kami langsung disambut oleh beberapa ekor OHB yang sedang terbang tinggi berputaran “soaring”,….meski terlihat jauh. Hal ini semakin menggugah semangat kami untuk lekas sampai di tempat yang telah dijanjikan oleh pak Dono.
Pkl. 18. 00 wita, bersama pak Dono kami meluncur ke Seraya. “Jika berangkat sekarang, Maghrib (sekitar pkl. 18.45 wita) kita akan sampai di lokasi”, kata pak Dono.
Akhirnya sampai juga kami dilokasi, setelah melewati jalan yang panjang, berkelok-kelok, berbukit dari pinggir pantai sampai akhirnya di lereng bukit Seraya (552 m dpl).
Awalnya kami masih bingung saat pak Dono membelokkan sepedanya ke sebuah mushola (yang tidak seperti mushola, lebih pas di sebut masjid karena ukuranya yang besar dan bangunannya yang megah). “Apakah ini lokasinya? Katanya di Villa?“ dalam benak kami. Namun kami tak mampu menanyakannya pada pak Dono. Kami mengikutinya saja apa yang dilakukannya.
Di masjid Al-Ikhlas, (itu nama masjidnya setelah kita liat ) sudah berkumpul beberapa orang dan didepan juga sudah terparkir sebuah mobil D-max double cab. Sepertinya ada tamu lain yang datang kelokasi ini selain kami. Pada saat itu orang-orang sudah bersiap-siap untuk jama’ah sholat Maghrib dan kamipun segera bergegas mengikutinya.
Selesai sholat Maghrib, jama’ah berkumpul diserambi masjid. Dengan sajian pisang, rebus ketela pohon, kacang tanah, teh dan kopi. Sementara diarah timur, terlihat bulan penuh bersinar terang ..(kata peneliti hari ini merupakan “supermoon”). Kami saling berkenalan dan terjadi diskusi kecil antara kami, obrolan ngalor ngidul tentang bulan …(ternyata mereka datang untuk melihat fenomena bulan purnama ini), serta tentang kegiatan kita yang sengaja ke tempat ini untuk mengamati burung migran. Sebagian dari jema’ah yang ada malam ini adalah masyarakat sekitar masjid yaitu dari dusun Bukit Tabuhan, yang konon dari cerita mereka adalah generasi yang kesekian dari para prajurit mulim asal Lombok yang ditempatkan oleh Raja Karangasem ratusan tahun yang lalu untuk menjaga wilayah timur dari pantai Bali. Ada juga temannya pak Dono yaitu pak Haji Nuruddin beserta tiga rekannya, pak polisi dari Denpasar yang juga anggota klub motor gede.
Para jama’ah pun mulai tertarik dengan pembicaraan tentang raptor migran. Kemudian Oni mengeluarkan materi tentang burung pemangsa migran yang telah kami siapkan sebelumnya. Diskusi terus mengalir hingga adzan Isya’ berkumandang dan kami harus berhenti untuk menunaikan sholat berjama’ah.
Usai sholat Isya’ berjama’ah, diantara kami berkumpul membuat kelompok-kelompok kecil sendiri di tempat sekitar masjid yang memiliki view yang sangat menarik. Kalau menatap kearah barat, gemerlap cahaya lampu kota semarak terlihat, dari arah timur rembulan yang bundar semakin lama-semakin menanjak naik dengan sinarnya yang gemilang, memantul dipermukaan selat Lombok yang terbentang luas. Ditemani segelas kopi dan ubi rebus Seraya yang lembut,….
Hingga akhirnya pkl 22.30 wita, rombongan dari Denpasar berpamitan untuk turun duluan. Dan kami segera melangkah ke serambi masjid untuk istirahat.
Pagi hari selepas sholat Subuh, kami sudah nongkrong di depan masjid, mencari tempat yang bagus untuk pengamatan sambil membawa “senjata” binokuler, panduan lapangan dan perlengkapan pengamatan lainnya.
Sepi, sing ade kedis mekeber” kata Fathur dengan bahasa Bali logat Jawanya. Tak ada tanda-tanda raptor melintas (karena masih terlalu pagi). Hanya beberapa jenis burung lokal saja yang teramati. Antara lain: Pycnonotus goiavier, Prinia familiaris, Nectarinia jugularis, Aegithina tiphia, Zosterops palpebrosus, Lonchura punctulata, Lalage sueurii, Dicrurus macrocercus, Colacalia linchi, Dicaeum trochileum, Streptophelia chinensis, Lanius shach, Pericrocotus cinnamomeus dan lainnya.
Baru pada rentang waktu antara pukul 08.00-09.00 wita terlihat seekor A. soloensis sedang terbang soaring kemudian gliding menukik tajam kearah sebelah kami (seperti sedang mengejar mangsa) dan langsung bertengger di pohon tepat sebelah kami (+ 7 m dari kami). Kami terpesona dan hanya melongo tanpa sadar bahwa itu adalah moment yang sangat penting dan bagus sekali untuk diabadikan. Waduhhhhhhhhhhhh sayang sekali kameraku belum siap gerutu kami. Kurang lebih 1 menit bertengger dan kemudian meluncur lagi masuk kedalam rerimbunan pohon. Namun sesaat kemudian muncul lagi dan bertengger di depan kami.
Sayang! yang tampak hanya punggungnya saja. Akhirnya A. soloensis ini pun terbang jauh dan menghilang dari pandangan kami.

Kemudian datang lagi 1 ekor A. gularis terbang dan bertengger di pohon kelapa. Sayang sekali kamera kami tidak dapat menjangkau jarak objek yang terlalu jauh. Jadi A. gularis yang sedang bertengger terlihat dikamera seperti burung bondol. Heleh..heleh...heleh...
Lama sekali kami menunggu, tak ada tanda-tanda raptor migran yang melintas. Panas matahari semakin menyengat kulit. Suhu udara yang tertangkap di termometer kami 29 derajad celcius. Peluh mulai membasahi badan dan tembus ke baju yang melekat ditubuh. Bosan mendera lapar terasa. Akhirnya sang chef Kokokan segera beraksi. Menu yang disajikan seperti biasa. Yaitu mie instant +++, plus ramban maksudnya....... Tapi rasanya bung! Mak nyus melebihi dari masakan yang dibuat oleh chef-chef yang sering muncul di TV. Muantaaaaaafff!
Tak berapa lama setelah makan terdengar suara klik..klik..klik.. suara khas dari raptor juga namun bukan migran, seekor Keli‘e atau elang Ular (Spilornis cheela), terbang meliuk diangkasa. Yah gak apa-apa meskipun raptor residen pun tak apa dari pada tak ada sama sekali. Hajarrrrrr.....!
Tak berapa lama setelah S. cheela menghilang, muncul dari sebelah timur, tepatnya arah gunung Rinjani, segerombolan burung terbang berputar-putar ke atas. “Ini yang diutunggu-tunggu sudah datang” kata Udhyn. “Ayo kita sambut bersama kawan“!. Lima ekor OHB terbang ke arah barat.
Kemudian…. dan seterusnya…10, 120, 230 si Elang-alap Cina A. soloensis, Elang-alap Nipon A. gularis, Sikep-madu Asia Pernis ptilorhynchus, dan beberapa lagi yang tidak bisa kami identifikasi. Terbang “soaring””gliding” kearah barat… nampaknya mengarah sisi-sisi selatan gunung Agung nun jauh dibarat laut sana, …..kemudian entah terbang kemana….
Adzan berkumandang di masjid tempat kami melakukan pengamatan. Pertanda waktu sholat Dhuhur telah tiba. Kamipun segera mengambil air wudlu dan bergegas masuk ke masjid untuk sholat berjama’ah.
Usai sholat, kami melanjutkan kembali pengamatan. Di angkasa para raptor semakin ramai menghiasi langit yang cerah. Suhu udara juga semakin panas , sampai lebih 30 derajad celcius. Meski panas sekali namun kami tetap semangat menghitung dan mengidentifikasi setiap raptor yang melintas. Para pengembara angkasa itu seperti menyejukkan badan kami yang mulai loyo.
Tenaga kami juga bertambah dengan hadirnya dua orang anggota lagi yaitu wa’ Deni Purwandana dan Niken Yang “iteung” Patra,.. nambah amunisi baru kami untuk melakukan pengamatan.
Kali ini para raptor mulai bergeser arah terbangnya. Datang tetap dari arah timur (g. Rinjani), namun pergerakan lebih banyak ke arah utara (lewat bukit Bisbis dan Lempuyang), menyisir kisi-kisi gunung Seraya. Jadinya jarak pandang kami ke raptor menjadi agak jauh, namun masih tetap terlihat jelas dengan menggunakan binokuler.
Hingga pukul 16.30 wita, raptor mulai sedikit yang terlihat melintas. Dan pukul 17.30 wita akhirnya kami menyelesaikan pengamatan dengan hasil total individu yang tercatat adalah : 468 individu yang terdiri dari 3 jenis.
Dengan berat hati kami harus melangkah pulang menuju ke rutinitas yang telah menunggu dikerjakan esok hari.

Dalam perjalanan kami termenung, teringat sebuah ayat dalam Al-Qur’an surat At-Taubah:18
"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk" (At-Taubah: 18)

Apakah yang kami lakukan termasuk memakmurkan masjid? Jika benar, sungguh mulia orang yang telah menuntun kami ke tampat ini (pak Dono dan pak H. Nuruddin). “Subhanalloh“, semoga Allah memberikan pahala berlipat pada “panjenengan” berdua. Amin.
Kami juga teringat sebuah kalimat dari seorang penulis ((Adnan Oktar atau lebih dikenal dengan nama Harun Yahya) : “Jika kita menyaksikan berbagai mahluk hidup di sekeliling kita dengan mata telanjang sekalipun, kita akan menemukan bukti adanya rancangan, strategi, dan kecerdasan luar biasa. Saat meneliti jasad renik di laut, sebuah atom, sebuah sel, atau mahluk hidup yang lain, kita akan menemukan bentuk yang menakjubkan. Kecerdasan yang luar biasa, rencana tanpa cela, serta rancangan yang tepat di setiap bagian alam ini berasal dari Allah yang memiliki segenap kekuasaan dan kemampuan”


"Kokokan" crew
Berdiri (kiri ke kanan) Niken Yang Patra, Robithotul Huda, Dono Waluyo, Oni Purwoko B
Duduk (kiri ke kanan) Mochamad Saifudin, Fathurrohman, Deni Purwandana

6 comments:

  1. mantap!!!! pengamatan sambil mengasah ilmu kerohanian. lanjutkan kawan.

    ReplyDelete
  2. hasil pengamatannya tlg di share, biar semua raptorian bs tau.
    terimaksih
    salam lestari

    ReplyDelete
  3. behhh....keren sajan nok. Dan sekali lagi, ketinggalan informasi.kok saya ga pernah diajak ya? Aji

    ReplyDelete
  4. setiap kegiatan kita selalu memberitahu semua teman. kemarin sebelum berangkat kita juga memberikan informasi lewat FB dan SMS. mungkin mas Aji terlewatkan jd kami mohon maaf. mungkin mas aji juga aktif hub. kami biar kita bisa menghubugi jika da kegiatan lagi.
    salam lestari

    ReplyDelete
  5. hmm.... birder yg religius.... hehe
    lama tak brjumpa dgmu kwan... lupa g y dgku??
    raptornya luar biasa...kyo tawon mobal..hehe

    ReplyDelete