Monday, September 7, 2009

Musim berbiak bagi burung Dara Laut Biasa Sterna hirundo Common Tern

oleh: robithotul huda

Burung lagi, lagi-lagi burung !,..tak pernah bosan kami menulis tentang burung. Masih banyak hal yang menarik dari burung untuk diamati, diteliti dan disajikan di media-media elektronik maupun cetak yang dikemas menjadi menu istimewa. Tetapi bukan dalam menu burung cincang dan goreng yang disajikan direstoran - restoran mewah.
Sebenarnya tulisan ini masih berkaitan dengan tulisan yang pernah di publish diblog ini yang berjudul : burung-burung yang memanfaatkan lahan “konflik “ di pulau Serangan-Bali karena pengamatannya dilakukan pada saat bersamaan yaitu pada bulan Mei - Juni 2009.

Saat pengamatan hari ke-2, kami mencoba masuk kedalam untuk mendekat dengan objek (burung air) yang berada di rataan lumpur (mudflat) yang terbentuk terpisah-pisah seperti pulau-pulau kecil. Dan kami membuat nama-nama pulau tersebut dari koloni yang menghuninya. Ada pulau gajahan karena yang terdapat dipulau ini hampir semuanya gajahan, ada pulau dara laut, pulau cerek dan trinil. Kali ini kami menelusuri pulau dara laut. Dara laut yang mendominasi pulau ini adalah dara laut biasa (Sterna hirundo).

Menurut MacKinon, J; K. Phillips; B. Van Balen. 1998, dalam buku panduan lapangan Burung-burung di Sumatra, Jawa dan Bali, dara laut dideskripsikan sebagai berikut:
Berukuran kecil (35 cm). tengkuk hitam (pada musim dingin), ekor menggarpu kedalam. Dewasa tidak berbiak: sayap atas dan punggung abu-abu, penutup ekor atas, tungging dan ekor putih. Ciri lainnya; didahi putih, mahkota berbintik hitam putih, tengkuk hitam, tubuh bagian bawah putih. Pada masa berbiak topi hitam, dada abu-abu, sewaktu terbang , dewasa tidak berbiak dan remaja: ada garis kehitaman pada sayap depan dan warna kehitaman pada pinggir bulu ekor terluar. Remaja : tubuh bagian atas lebih coklat dan mantel bersisik.
Iris coklat, pangkal paruh hitam (musim dingin) dan merah (musim panas), kaki kemerahan (lebih gelap pada musim dingin)
Suara: keras “kiir-ar” menurun, dengan penekanan pada nada pertama.
Penyebaran gobal : berbiak di Amerika utara, Eropa dan Asia. Pada musim dingin mengembara kedaerah selatan yaitu: Amerika selatan, Afrika, Indonesia dan Australia.
Penyebaran lokal dan status : pada musim dingin bermigrasi tidak teratur di Sunda Besar. Kadang – kadang terlihat dalam kelompok yang sangat besar dengan beberapa burung yang masih dalam bulu tidak berbiak musim panas.
Kebiasaan : mengunjungi perairan pantai dan kadang-kadang perairan daratan. Beristirahat pada tenggeran tinggi seperti panggungan pemancingan dan batu-batu. Penerbang tangguh, mencari makan dengan cara menjatuhkan diri untuk menyelam kedalam laut.

Burung-burung dara laut tersebut bergerombol banyak sekali, kurang lebih 150 an ekor pada satu kelompok. Ada yang terbang mengitari lokasi dan ada yang tetap berdiam di lumpur yang bercampur pasir seperti mengerami telur. Kami penasaran, akhirnya mendekat lagi, dengan perlahan kami berjalan agar tak mengganggunya, namun tetap saja si dara terganggu dan terbang semua, namun tidak menjauh, hanya berputar-putar diatas kepala kami. Tiba-tiba salah satu anggota team berteriak, “ada sarang “dan disusul anggota lain. Ternyata disini banyak sekali sarang dara laut biasa dan bahkan terdapat telur-telurnya, ada juga anakan yang langsung lari saat kami mendekat. Warna telur dan anak si dara laut ini yang hampir menyerupai pasir pantai (mungkin untuk perlindungan/kamuflase) membuat kami harus hati-hati saat berjalan, agar tidak menginjaknya. Pantas si dara tidak mau meninggalkan lokasi ini dan hanya terbang disekeliling kami sambil bersuara keras seakan mau mengusir kami, ternyata dia sedang berkembang biak.
Kami tidak mau berlama-lama di lokasi ini, takut menggangu si dara yang sedang mengerami telur-telurnya dan anaknya. Maka kami segera menjauh dan melihatnya dari kejauhan saja menggunakan monokuler dan binokuler.

Menurut Howes, et.al, 2003 dalam Novel tahun 2004 (Keanekaragaman Jenis Burung Air di Kawasan TAHURA Ngurah Rai- Bali) disebutkan pada pertengahan Mei-akhir Juli merupakan musim berbiak bagi burung air migrasi.
Pengamatan hari berikutnya, kami masih tetap mengunjungi pulau dara laut, untuk melihat apakah telur-telur yang kami temukan kemarin sudah menetas. Ternyata telur-telur tersebut ada yang menetas dan ada yang belum menetas (tidak tahu umur telur-telur tesebut). Namun juga telur-telur yang baru (pada sarang-sarang yang lain). Kali ini kami hanya sebentar saja kelokasi, karena kami menjaga agar si dara tidak terganggu oleh kehadiran kami dan kemudian meninggalkan sarang dan telurnya. Kami melihat dari kejauhan saja.
Perasaan senang, cerahkan wajah dan pandangan kami. Senang karena kami belum pernah mendapati moment yang seperti ini dan juga senang karena si Dara telah berbiak, beregenerasi dan menjauhkanyya dari kata “punah” untuk menjalankan fungsinya sebagai bagian dari ekosistem.

Namun kami juga sedih ketika melihat banyak jerat/ jebakan untuk menangkap burung-burung air yang dilakukan oleh orang-orang iseng dilokasi ini, meski sudah ada papan yang berisi larangan merusak kawasan ini. Untuk itu diperlukan pangawasan terhadap kawasan ini dengan cara mengontrol para pengunjung (rata-rata pemancing) serta perlu tambahan papan-papan sosialisasi konservasi agar tercipta kawasan yang lestari.








2 comments:

  1. Wahhhh....emang bener nih, kita tak akan pernah bosen dengan yang namanya burung.
    Wahhh..keren foto anak dar lautnya.

    Di kep.seribu kita dapat menemukan Dara-laut Benggala, Dara-laut Tiram, Dara-laut Tengkuk-hitam, Dara-laut Biasa.
    Tapi saya belum pernah lihat sarangnya dan chicks nya.

    Salam..

    ReplyDelete
  2. Di tempat kerja ku sekarang tepi pelantar ada dataran kosong tepi laut.belum di pakai pembangunan.. banyak burung dara sedang bertelur...setiap hari saya mengecek keadaan mereka.. agar tidak ketauan oleh pekerja lain.. karna kalau pekerja nakal tau...habis lah anak2 burung itu... 😢😢😢😭😭😭

    ReplyDelete