“Refleksi pengelolaan pariwisata demi perlindungan terhadap habitat burung di Pulau Bali”
Word Migratory Bird Day (WMBD) merupakan kampanye peningkatan kesadaran tahunan yang menyoroti perlunya perlindungan burung migran dan habitatnya. Kegiatan ini dimulai tahun 2006. Pelaksanaanya di lakukan setiap akhir pekan kedua setiap bulan Mei. Banyak cara yang dilakukan untuk memperingati hari migrasi burung sedunia. Diantaranya adalah : festival burung, program pendidikan/ pelatihan serta pengamatan burung.
Setiap tahun, WMBD terfokus pada tema yang berbeda. Tahun 2011 ini tema yang diusung adalah “Perubahan penggunaan lahan dari penglihatan mata burung”.
Kokokan Birdwatching Club Bali baru tahun 2011 ini bergabung dengan WMBD, meskipun kegiatan pengamatan burung (termasuk burung migran) rutin dilaksanakan.
Kegiatan yang dilakukan dalam peringatan WMBD ini fokus pada pengamatan burung di Pulau Serangan. Peserta kegiatan adalah Anggota Kokokan-Bali dan BKSDA Bali (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali).
2. Permasalahan Lingkungan Hidup di Bali
Bali hari ini menghadapi masalah lingkungan hidup yang sangat berat dan rumit sebagai dampak negatif dari perkembangan pariwisata yang cukup pesat, di samping kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat setempat terhadap kelestarian lingkungan.
Perusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi mulai dari hulu sampai ke hilir menjadikan kompleknya masalah lingkungan hidup di Bali ini.
Permasalahan di Hulu Bali: Hutan yang ada di Bali hanya 22% dari luas daratan (idealnya 30%). Dari 400 sungai yang ada di bali, hanya 162 sungai yang mengalir secara terus menerus ke laut. Trend investasi dari kawasan pesisir ke kawasan hutan/gunung (dari segara- gunung) (sumber Walhi). “Pembabatan kawasan hutan untuk infrastruktur pariwisata sangat berpengaruh terhadap ekosistem yang ada. Habitat satwa liar yang semakin menyempit mengancam kepunahan, serta ancaman banjir dan tanah longsor saat musim hujan”.
Permasalahan di bagian tengah Bali: lahan pertanian yang dulunya subur dengan pengelolaan yang mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal kini luntur akibat rasa frustasi para petani. “hama, tikus, wereng yang tak terkendali dan sebagainya, serta iming-iming para investor”, Kini lahan-lahan subur mereka berganti dengan bangunan, gedung, mall dan infrasturktur lainnya yang sangat pesat perkembangannya. Hasil akhir dari gedung, mall, hotel dan villa adalah menumpuknya sampah dan limbah yang terus meningkat seiring dengan pesatnya para pendatang yang masuk ke Bali.
Permasalahan dibagian hilir Bali: bagian hilir merupakan akumulasi dari aliran berbagai masalah yang ada di hulu, tengah dan hilir sendiri. Hampir semuanya bermuara ke hilir. Sampah, limbah yang tidak hanya dari pabrik, hotel, villa atau gedung-gedung lainnya, namun juga dari hasil pengolahan lahan pertanian yang menggunakan bahan-bahan kimiawi berlebihan juga sangat berpengaruh terhadap lingkungan. Menurut data dari walhi, kondisi pesesir Bali: 47 % dari 430 km panjang garis pantai Bali dalam kondisi rusak, pesisir pantai yang dalam kondisi baik telah terkapling-kapling oleh investor pariwisata, pengelolaan kawasan pesisir yang tidak terintegrasi dan kasus demi kasus perusakan kawasan pesisir yang terus terjadi hasil kolaborasi para pengusaha.
“Seorang jurnalis bernama Andrew Marshall dari majalah Time yang sedang berkunjung Bali, menulis artikel berjudul "Holidays in Hell: Bali’s Ongoing Woes" (Time, 1 April 2011). Dalam tulisan tersebut, Marshall menjelaskan penyebab citra Bali yang berubah menjadi pariwisata neraka. Bali adalah tempat berlibur yang seperti neraka. Pantai Kuta disebutkan tercemar bakteri dan plankton yang membusuk yang menyebabkan alergi. Selain itu, Bali juga penuh sampah, limbah industri dan kemacetan lalulintas di Bali selatan yang sudah akut”.
Pulau Serangan
Pulau Serangan merupakan pulau kecil yang dipisahkan oleh selat kecil di Pulau Bali. Namun sejak beberapa tahun lalu pulau ini dihubungkan oleh jembatan antar pulau. Bahkan bukan hanya jembatan saja, namun pulau Serangan juga telah di perluas menjadi tiga kali lipat dari aslinya. Yang semula sekitar 112 hektar menjadi 481 hektar. Pembangunan oleh PT BTID (Bali Turtle Island Development) di pulau Serangan sebenarnya menjadi polemik (konflik) di masyarakat. Banyak kalangan yang tidak setuju dengan adanya mega proyek tersebut meskipun PT BTID telah mengantongi ijin AMDAL dari pemerintah, dengan berbagai pertimbangan antaralain; perusakan lingkungan, dampak sosial budaya dan ekonomi namun ada juga yang menyetujinya hingga akhirnya mega proyek ini berjalan dari tahun 90-an namun terhenti akibat adanya krisis moneter sekitar tahun 1998. meski berbagai upaya telah dilakukan namun proyek ini tetap tidak berjalan dan hingga kini “lahan konflik” ini kosong.
Lahan kosong menyerupai hutan (beberapa kali dilakukan reboisasi) serta lagoon-lagoon yang dibuat oleh pengembang menjadi tempat yang baik bagi berbagai jenis burung air dan burung lainnya. Selain itu lokasinya yang berbatasan dengan Tahura Ngurah Rai juga berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis burung yang memanfaatkan Pulau Serangan.
3. Keanekaragaman serta ancaman jenis burung di Bali
Pulau Bali meskipun terpisah oleh Selat Bali (barat), selat Lombok (timur), Samudra Indonesia (selatan) serta laut Jawa (utara) namun keanekaragaman jenis burung di Bali sangat beragam. Jenis-jenis burung di Bali didominasi oleh jenis burung yang ada di Pulau Jawa (Sunda Besar). Selain jenis dari Jawa, Bali juga dipengaruhi oleh jenis burung yang berada di daerah Wallacea, juga merupakan daerah lintasan burung-burung migran baik raptor, perancah serta jenis burung migran lainnya.
Di Pulau Serangan beberapa jenis burung perancah migran (dengan bendera) terlihat beberapa kali saat pengamatan. Diantaranya adalah pengamatan yang dilakukan oleh Kokokan Bali tanggal 08 September 2006 (Andrian Novel Aribianto beserta Iwan Londo, Nur Sofi Yuliarti) menemukan Calidris ruficolis berbendera Orange (Australia) serta pengamatan tanggal 8 Agustus 2010 oleh Andry khusnul Ikhsan (Kokokan Bali) yang melihat Kedidi Leher Merah juga berbendera Orange (Australia). Selain burung perancah yang berbendera juga sempat terlihat Kedidir Belang (Haematopus longirostris) yang kemungkinan besar merupakan catatan pertama di Bali, tanggal 3 Juli 2010 oleh Andry Khusnul Ikhsan (Kokokan Bali). Dari hasil tersebut, Bali (umumnya) dan Pulau Serangan (khususnya) merupakan daerah yang penting dari Shorebird koridor East Asian-Australasian.
Ancaman utama dari keberadaan burung di Bali adalah pembukaan lahan yang semakin menekan habitat burung, hingga hanya tersisa kantong-kantong kecil yang dijadikan tempat bertahan para burung.
4. Hasil Pengamatan Burung di Pulau Serangan tanggal 14 - 15 Mei 2011
No | Family | Nama indonesia | Nama ilmiah | Keterangan |
1 | Ardeidae | Kuntul besar | Casmerodius albus | Sinonim; Egretta alba |
2 |
| Kuntul kecil | Egretta garzetta |
|
3 |
| Kuntul perak | Mesophoyx intermedia | Sinonim; Egretta intermedia |
4 |
| Kuntul karang | Egretta sacra |
|
5 |
| Kuntul kerbau | Bubulcus ibis |
|
6 |
| Kokokan laut | Butorides stirata |
|
7 |
| Blekok sawah | Ardeola speciosa |
|
8 |
| Cangak abu | Ardea cinera |
|
9 |
| Cangak merah | Ardea purpurea |
|
10 |
| Cangak australia | Egretta novaehollandiae | Sinonim:Ardea novaehollandiae |
11 | Scolopacidae | Gajahan besar | Numenius arquata |
|
12 |
| Gajahan penggala | Numenius phoeapus |
|
13 |
| Gajahan kecil | Numenius minutus |
|
14 |
| Gajahan timur | Numenius madagascariensis |
|
15 |
| Trinil kaki hijau | Tringa nebularia |
|
16 |
| Trinil rawa | Tringa stagnatilis |
|
17 |
| Biru laut ekor hitam | Limosa limosa |
|
18 | Charadriidae | Cerek tilil | Charadrius alexandrinus |
|
19 | Anatidae | Itik benjut | Anas gibberifrons |
|
20 | Burhinidae | Wili-wili besar | Esacus giganteus | Status; mendekati punah |
21 | Phalacrocaracidae | Pecuk padi belang | Phalacrocorax melanoleucos |
|
22 |
| Pecuk padi hitam | Melanoleucos sulcirostris |
|
23 | Sternidae | Dara laut kecil | Sterna albifron |
|
24 |
| Dara laut biasa | Sterna hirundo |
|
25 |
| Dara laut putih | Gygis alba |
|
26 |
| Dara laut jambul | Sterna bergii |
|
27 | Alcedinidae | Cekakak sungai | Todiramphus chloris |
|
28 |
| Cekakak suci | Todiramphus sanctus |
|
29 |
| Raja udang biru | Alcedo coerulescens |
|
30 | Rallidae | Kareo padi | Amaurornis phoenicurus |
|
31 | Meropidae | Kirik-kirik australia | Merops ornatus |
|
32 |
| Kirik-kirik laut | Merops philippinus |
|
33 | Threskiornithidae | Ibis roko-roko | Plegadis falcinellus |
|
34 | Pandionidae | Elang tiram | Pandion haliaetus | Termasuk burung migran (mungkin sudah menetap) |
35 | Apodidae | Walet linchi | Collocalia linchi |
|
36 |
| Walet sapi | Collocalia esculanta |
|
37 | Silviidae | Prenjak jawa | Prinia familiaris |
|
38 |
| Cinenen jawa | Ortotomus sepium |
|
39 |
| Remetuk laut | Gerigone sulphurea |
|
40 | Chloropseidae | Cipoh kacat | Aeghitina tiphia |
|
41 | Nectarinidae | Burung madu sriganti | Nectarinia jugularis |
|
42 | Ploceidae | Bondol jawa | Lonchura leucogastroides |
|
43 |
| Bondol peking | Lonchura punctulata |
|
44 |
| Bondol haji | Lonchura maja |
|
45 |
| Gereja erasia | Passer montanus |
|
46 | Columbidae | Tekukur biasa | Stigmatopelia chinensis | Sinonim; Streptopelia chinensis |
47 | Sturnidae | Kerak kerbau | Acridotheres javanicus |
|
48 | Pycnonotidae | Merbah cerucuk | Pycnonotus goiavier |
|
49 |
| Cucak kutilang | Pycnonotus aurigaster |
|
50 | Turnicidae | Gemak loreng | Turnix suscitator |
|
51 | Corvidae | Gagak hutan | Corvus enca |
|
52 | Dicaeidae | Cabai jawa | Dicaeum trochileum |
|
53 | Muscicapidae | Kipasan belang | Rhipidura javanica |
|
54 | Campephagidae | Kapasan sayap putih | Lalage sueuri |
|
Jenis yang ditemukan dan teridentifikasi pada pengamatan kali ini ada 54 jenis burung yang tergabung dalam 25 family/suku.
Dari hasil pengamatan, ada beberapa jenis burung perancah yang tidak ditemukan pada saat pengamatan. Meskipun pada saat sebelumnya pernah terlihat. “Kedidir Belang (sebaran sampai Wallacea), Trinil Pembalik Batu (versi Wallacea), Kedidi Leher Merah (dengan bendera Australia), serta beberapa jenis lain yang biasa terlihat pada pengamatan terdahulu tidak ditemukan pada pengamatan kali ini”.
Data Kokokan-Bali tahun 2009, terdapat 107 Jenis burung (migran maupun penetap) yang terdapat di Pulau Serangan.
Kemudian tahun 2010, ada tambahan beberapa jenis lagi diantaranya: Cikalang Cristmas, Perkutut Loreng (Geopelia maugei) , Kedidir Belang (jenis burung daerah Wallacea), Trinil Pembalik Batu (versi Wallacea).
Dan pada pengamatan kali ini (2011) juga terdapat penemuan spesies baru di Pulau serangan (namun pernah terlihat di kawasan mangrove sekitar Serangan) yaitu: Cekakak Suci, Ibis Roko-roko, Cangak Australia dan elang Tiram (Pandion haliaetus)
Jumlah spesies yang ditemukan dan teridentifikasi pada pengamatan kali ini sangat jauh dari data jumlah spesies yang ada di pulau Serangan, yaitu 110–an lebih spesies. Hal ini kemungkinan dikarenakan lokasi pengamatan (daratan-daratan menyerupai pulau kecil di tengah lagoon) yang biasa dimanfaatkan untuk berkumpulnya burung-burung air sedang terendam air dan hanya tesisa daratan kecil. Kemungkinan burung-burung tersebut berpindah kelokasi lain. Selain itu waktu pengamatan yang terbatas yaitu dua hari juga sangat mempengaruhi hasil yang ditemukan.
5. Penutup
Pulau Bali yang menyandang predikat tempat pariwisata dunia harusnya lebih arif dan bijak dalam mengelola kawasannya sehingga lingkungan hidup tetap terjaga dan ekosistem tetap berjalan dengan baik. Tidak hanya di Pulau Serangan yang isunya akan dibangun jalan layang/tol menuju ke Benoa untuk mengatasi kemacetan lalulintas dengan mengorbankan hutan mangrove di kawasan Tahura Ngurah Rai, namun juga secara keseluruhan pulau Bali. Bukankah masyarakat Bali memegang falsafah Tri Hita Karana? Akankah budaya kearifan lokal yang ramah terhadap alam tergadaikan oleh para investor yang rakus?
Daftar Pustaka
- MacKinnon, J., K. Phillips., B. van Balen. 1998. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Penterjemah: W. Raharjaningtrah., A. Adikerana., P. Martodiharjo., E.K. Supardiyono., B. van Balen. Puslitbang Biologi-LIPI/BirdLife International Indonesia Programme. Bogor.
- Coates, B.J dan Bishop K.D. 2000. Burung-burung di kawasan Wallacea. Penterjemah: S.N Kartikasari, Meiska D. Tapilatu dan Dwiati Novita Rini. BirdLife International-Indonesia Programme dan Dove Publications. Bogor.
- http://www.facebook.com/topic.php?uid=126205514129&topic=10086. Walhi: Politik Lingkungan Hidup
- http://erabaru.net/nasional/50-politik/22973-bali-hadapi-masalah-lingkungan-hidup
- http://drkgdharmaputra.blogspot.com/2011/04/pencemaran-lingkungan-ancaman-masa.html
- http://burungkecilku.blogspot.com/
Pengamat :
1. M. Fathurrohman (BKSDA (Balai Konservasi Sumberdaya Alam) Bali)
2. Kanthi Khasanah(BKSDA (Balai Konservasi Sumberdaya Alam) Bali)
3. M. Saifudin (Kokokan Bali)
4. Robithotul Huda (Kokokan Bali)
5. Ina Rahmawati (Kokokan Bali)
6. Deni Purwandana (Kokokan Bali)
7. Santun Rahmat Basuki-BPKH/Balai Pemantapan Kawasan Hutan Bali wilayah 8
8. Budi Dwi Hantoko-BPKH/Balai Pemantapan Kawasan Hutan Bali wilayah 8
9. Lilin Noviana-BPKH/Balai Pemantapan Kawasan Hutan Bali wilayah 8
berita menarik, foto burungnya kok burem ya......laen kali pilih yg paling bagus dong...
ReplyDeleteSETUJU......
ReplyDeleteSebagai tempat Wisata, Bali memang seharusnya tidak mengorbankan keindahan alam yang ada.
I LIKE IT
buremm?? enggak tuhh..
ReplyDeleteMemang P.Serangan menjadi surga tersendiri bagi bbrp jenis satwa liar terutama burung,tp banyak juga dampak yang ditimbulkan dr banyaknya aktifitas masyarakat yang menggunakan kawasan P.Serangan menjadi tempat Rekreasi dan para pemancing pemula maupun profesional.Pengrusakan habitat seperti membuang sampah sembarangan,menebang pohon dan mengambil telur dari sarang burung2 yang berada dikawasan.Lemahnya pengawasan dan perhatian khusus utk burung2 dikawasan ini menjadikan P.Serangan seperti tempat yang tidak begitu penting bagi perlindungan satwa liar.Mohon pihak yang berwenang tanggap dan bergandeng tangan bersama2 dgn masyarakat Bali utk mengawasi dan melindungi P.Serangan dari kerusakan....Pasang Papan Larangan Berburu Satwa Liar !!!!
ReplyDeletepernah ketemu burung puyuh g?? soalnya saya nemu beberapa ekor puyuh di beberapa spot di pulau serangan
ReplyDelete